Sabtu, 21 Desember 2013

Riddle Secret Santa 2013


Secret Santa merupakan program tahunan BBI yang sengaja dijadikan alasan untuk ajang tukar-menukar kado, hehehee.....
Kali ini saya mendapatkan bingkisan dari "Santa" yang sangat istimewa tepat pada tanggal 20 Desember sore hari (jadwal posting bareng Riddle, yang karena baru saja saya terima, baru bisa saya posting sehari setelahnya. Maafkan saya Santa....). Dan setelah dibuka.....jreng jreng jreng......ini dia fotonya:
Saya dapat dua buku lhooo..... *langsung nari-nari kegirangan*... yang cover biru itu The Fault in Our Stars-nya John Green yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia terbitan Qanita Mizan, terus yang satu lagi TimeRiders#1 by Alex Scarrow yang edisi bahasa Inggris terbitan Puffin Books, Penguin Group. Tentu saja saya langsung jingkrak-jingkrak nari salsa pake music macarena *abaikan*.
Jujur saja saat menulis posting ini pun, saya sedang nyambi membaca chapter 11 dari TimeRiders ^_^

Sekarang masalah yang paling penting adalah: Siapakah si Santa baik hati yang mengirimiku buku-buku itu?????
Petunjuk untuk menemukan identitas Santa ada di kertas (yang fotonya ada di atas) tersebut. Ada 7 benda yang bisa menuntunku padanya....dan sepertinya aku sudah tahu siapa dia, tapi...ups, nggak boleh bilang sekarang, bisa dieliminasi saya kalau melanggar peraturan. Jadi identitas si Santa masih saya simpan sendiri dulu yach. Biarlah hanya saya, Santa dan Tuhan yang tahu (dan teman-teman detektif yang bisa langsung memecahkan teka-teki di atas :).

Oh, iya, ada petunjuk satu lagi: resi yang saya terima menunjukkan barang tersebut dikirim melalui JNE dari Bandung.

Sudah yaaa....saya mau melanjutkan baca TimeRiders, lagi seru, soalnya Foster sedang menceritakan sejarah terjadinya penjelajahan waktu yang.....*woi, reviewnya bulan depan woi!* wkwkwkk....

See ya!
Sekali lagi, thanks Santa, dimanapun kau berada. I love the books sooooo much! *kiss* *hugs*

PS. Bagi yang penasaran ingin memecahkan Riddle di atas tapi tulisannya kurang jelas, berikut salinan kata-kata Riddle di atas:

Tulisan dalam box kuning:
Dear Ika,
Merry Christmas and Happy New Year!
I give these seven things for you.
May all your dreams come true and
stay happy always. :D
From: Secret Santa

Tulisan dalam box hitam:
"I am the one who bears all."
-The First-

Selamat bekerja, detektif!

Kamis, 12 Desember 2013

BBI Joglosemar and November Club Birthday Gifts

Meski sudah beberapa hari berlalu, tapi saya tetap ingin mengucapkan terima kasih pada teman-teman BBI Joglosemar dan BBI November Club yang telah membuat hari ulang tahun saya terasa lebih indah karena berhasil memenuhi beberapa wishlist saya ^_^

Teman-teman BBI Jogja-Solo-Semarang (Joglosemar Darl Family) memberi saya 3 buku loh.... Graceling, Liesl & Po, dan yang terakhir ini yang udah saya elus-elus sejak pertama kali lihat di toko buku...The Demigod Diaries-nya Rick Riordan!!!

Makasih sekali lagi kak Lila, Mas Tezar, Kang Opan, Bzee, Sulis, Oky, kak Dani, mas Dion, kak Desty, kak Alvina, Lulu, Fadhila dan Arif.

I love the books!

Terus ada lagi November Club yang memang mengadakan acara tukar-kado-rahasia ala Secret Santa kecilkecilan itu... Lucunya, saya dapat 2 kado yang dikirim satu-satu, nggak bareng-bareng. Ini dia kadonya:
Yang pertama datang adalah si Carrie, terus disusul oleh Life of Pi. Di bagian nama pengirimnya sich ditulis dari Queen Marchia-November Club, tapi di bagian ucapan warna oranye itu, ditulisnya dari 'Mrs.Garrett' yang tentu saja tidak bisa dipercaya sama sekali, heheheee.....
Eniwei, thanks a lot buat adek kembarku Chei "Zelie Petronella" buat buku-bukunya. Love them so much!

Thanks juga buat semua anggota November Club (Kak Cindy, kak Dewi, Phie, Sulis, kak Astrid, kak Dinoy si kakak kembar dan Chei). Sampai ketemu di reuni November Club tahun depan ^_^

Selasa, 10 Desember 2013

November Birthday Giveaway Winner Announcement


Sesuai janji, tanggal 10 Desember adalah hari bersejarah diumumkannya secara serentak pemenang dari November Bloghop, baik yang 2nd GA maupun Grand Prize.

Pemenang dari 2nd GA dan berhak mendapatkan hadiah berupa 1 buah buku "Inferno" soft cover karya Dan Brown adalah....


Dari total sebanyak 71 calon pemenang, 11 di antaranya tidak memenuhi syarat yang telah ditentukan (entah karena salah format penulisan atau memang salah ketik), dan sisanya adalah 60 calon pemenang yang layak diundi. Pengundian ini melakukan sistem tradisional karena bisa saya foto-foto prosesnya #alibi. Jangan tanya soal topi pramuka di atas, ini karena saya butuh tempat darurat menampung kartu-kartu calon pemenang, dan kebetulan, ada seorang murid yang suatu hari topinya tertinggal, dan sekarang topi itu sudah beberapa minggu mejeng di ruang guru, jadi....ya saya pakai saja.


Selanjutnya saya meminta salah seorang "juri yang tidak memihak", yaitu salah seorang teman saya yang BUKAN merupakan anggota BBI ataupun tengah mengikuti Giveaway saya untuk mengambil satu kartu sebagai pemenangnya. Big thanks to Miss Esty yang telah bersedia sebagai "Juri yang tidak memihak" ^_^

Dan pemenangnya adalah....seperti tulisan di atas!

Selamat kepada kakak ATHIAH sebagai pemilik baru INFERNO.
Mohon konfirmasi dalam waktu 3X24 jam beserta alamat pengiriman hadiah. Jika tidak dikonfirmasi dalam batas waktu tersebut, hadiah akan dipindahtangankan kepada pemenang lain.

Terus bagaimana dengan pemenang Grand Prize?
Pengumuman Pemenang Grand Prize bisa dilihat di blog kak Yuska di sini.

Terima kasih atas partisipasi teman-teman sekalian.

Terimakasih juga kepada teman-teman Genk November yang mau berbondong-bondong membuat giveaway hop ini. Semoga tahun depan bisa ketemu lagi di November Bloghop selanjutnya dengan hadiah yang lebih bikin kejang-kejang :)

Selasa, 19 November 2013

Ruby Red (Book 1) by Kerstin Gier

Paperback, 312 halaman
Judul asli: Rubinrot
Penulis: Kerstin Gier
Penerjemah: Fransisca Paula Imelda
Pertama kali diterbitkan di Wurzburg, Germany tahun 2009
Tahun terbit di Indonesia: 2013
Penerbit: Elex Media Komputindo
ISBN: 978-602-02-1422-1



"Aku mengagumi perempuan. Sungguh! Aku hanya tidak percaya kalau mereka berkuasa atas kemajuan umat manusia. Oleh sebab itu dalam kelompokku, perempuan tidak mendapatkan apa-apa." -hal 208-
Itu adalah salah satu dialog dari Bangsawan von Saint Germain yang sempat membuat saya jengkel sama tokoh yang satu ini.

Oke, saya mulai ceritaya dari awal. Gwendolyn Shepherd merasa tidak secantik sepupunya Charlotte. Menurut Gwen, Charlotte punya segala-galanya, keanggunan, kecerasan, kecantikan, dan seorang pembawa gen penjelajah waktu. Lady Arista sang nenek pun sampai memberi perhatian berlebih pada cucunya yang spesial ini. Namun bayangkan betapa kagetnya Gwendolyn ketika tiba-tiba dia terdampar di masa lalu. Ketika ketiga kalinya hal ini terjadi, Gwendolyn yang panik menelepon ibunya, yang langsung membawanya ke sebuah perkumpulan rahasia para penjaga.

Singkat cerita, ternyata Gwendolynlah (bukan sepupunya yang cantik Charlotte) yang merupakan seorang pembawa gen panjelajah waktu, sang penjelajah terakhir, nomor dua belas, yang dilambangkan dengan batu Ruby dan dikabarkan memiliki kekuatan ajaib. Dialah yang akhirnya bisa menutup lingkaran keduabelas penjelajah waktu untuk mengungkapkan rahasia besar dibalik rahasia.

Untuk mengontrol penjelajahan waktu, darah masing-masing penjelajah perlu dimasukkan ke kronograf, agar para penjelajah bisa melakukan elapsi (penjelajahan terkontrol). Elapsi pertama yang dilakukan Gwendolyn dilakukan bersama dengan seorang pembawa gen lain dari keluarga de Villiers, Gideon yang tampan. Namun elapsi yang seharusnya aman-aman saja berakhir penuh darah dan membuat mereka hampir terbunuh. Belum lagi pertemuannya dengan bangsawan von Saint Germain di masa lalu yang mengerikan. Dan segalanya menjadi semakin membingungkan sejak Gwen dan Gideon bertemu dengan Lucy dan Paul di masa lalu. Apakah benar Lucy dan Paul mencuri salah satu kronograf untuk membuka rahasia, atau malah untuk mencegah terkuaknya rahasia besar?

Jujur saja, saya membaca novel ini karena menurut saya covernya cakep, apalagi sulur dan dedaunan yang melingkar-lingkar keemasan di pinggirnya, heheheee.... Dan yang aneh, setelah membaca satu buku peuh, saya masih tidak yakin yang mana penjahat yang sesungguhnya di novel ini. Apakah Lucy dan Paul yang mencuru Kronograf? Ataukah Bangsawan von Saint Germain yang aneh dan menyeramkan? ataukah para penjaga sendiri? Kalau saya sih paling benci sama si bangsawan, siapapun yang merendahkan wanita bagi saya penjahat deh pokoknya, heheheee.....

Anyway, pertama kali baca ini, saya pikir si penulis orang Inggris karena settingnya memang di Inggris, ternyata si penulis itu orang Germany loh....wkwkwk...

Intinya, kalau nyari bacaan yang nggak terlalu berat, ringan dan menghibur, buku ini lumayan loh, buat menemani sarapan pagi dan minum teh soremu ;)

How To Train Your Dragon (Book 1) by Cressida Cowell

Paperback, 214 pages
Publisher: Little, Brown and Company (Boston, New York)
Price: $5.99
First published in Great Britain in 2003
ISBN: 978-0-316-08527-4

Disclaimer: I borrowed this book from Resvinta, a member of GRI Semarang





I tell the mighty Big Blue Whale,
his life is over soon,
With one swish of this armoured tail
I put out the sun and moon....
The winds and gales are quivering,
when I begin to roar,
The waves themselves are shivering
and trembling back to shore.... 
-Page 199-

Hiccup Horrendous Haddock III was the son of Stoick the Vast, the chief of the Hairy Hooligan Tribe of the Vikings who lived in the Isle of Berk. Stoick was big and proud, yet sadly his son was nothing like him.
"Hiccup was just absolutely average, the kind of unremarkable, skinny, freckled boy who was easy to overlook in a crowd." -page 15-
In order to be a true member of the Hairy Hooligan Tribe, the youngsters had to complete the inisiation process wich included picking a dragon; training a dragon for the most common commands such as 'go', 'fly', and 'stay'; and performing the abilities of your dragons in front of the whole tribe. And of course, Hiccup being Hiccup managed to get himself the tiniest and the most stubborn dragon ever, named Toothless. Hiccup and Toothless' training was quite amusing, because Toothless kept asking for jokes in every opportunity. Who knew that dragons love jokes, eh?

Anyway, Hiccup, despite his father's order, was the only one in the tribe who can speak Dragonese. It actually came in handy when there were two huge ancient dragons on the Isle. Well, as you can guess, just like almost every story, Hiccup transformed from zero to hero when he finally saved the entire tribe from those two vicious dragons.

Actually, I read this book because I watched the movie based on the book. It was produced by Dreamworks with the same title "How To Train Your Dragon". I totally fell in love with the movie.
There are some major differences between them, although the names of several main characters are the same.

Hiccup was the son of Stoick The Vast, the Chief of a Viking Tribe who lived in the Isle of Berk. The people in Berk had a big problem with the pest, because they had a big war with the dragons for over 300 years. Killing dragons was everything in Berk.

Hiccup was a skinny boy who prefered to work with his head than his hands. Yet it wasn't the way vikings are supposed to live. Everyone looked down on him, and he decided to prove himself by capturing a Night Fury, a species of dragon that was believed to be the most vicious ever. Did he manage to capture it? Yes, of course. But instead of killing it, Hiccup named it Toothless and trained it....er,...rode it, actually.

Hiccup's life span out of control when his father found out his secret, and disowned him. Stoick then brought Toothless to the Dragons' Lair to kill the dragons, unaware of the danger since there was also the nest of a very huge and wild dragon. And of course, cliche thing happened, Hiccup came to save the day in the nick of the moment, almost killed by his action and managed to lost his left foot.

Personally, I liked the movie better since it was much more dramatic, heheee.... but the book was worth reading too.

Memorable Quotes from the book:
"JUST ONCE," yelled Hiccup. "Why couldn't you let me be a Hero JUST ONCE? I didn't want anything amazing, just to pass this STUPID TEST so I could become a proper Viking like everybody else." -page 125-

 The first dragon was enough to give you nightmares. The second dragon was enough to give your nightmares nightmares. -page 128-

"But it's all unfair!" said Hiccup. "Why do YOU get to eat everybody, just because you're bigger than everybody else?" -page 152-

Jumat, 01 November 2013

November Birthday Giveaway

Mau voucher buku senilai Rp.500.000,- ???

Ya benar, anda tidak salah baca, mata anda juga tidak siwer, karena dalam rangka merayakan Ulang Tahun dan Blogoversary di bulan november, para blogger BBI yang tergabung dalam grup vokal November45 (mulai ngaco) #abaikan.

Oke, serius nih. Ada GRAND PRIZE berupa voucher buku senilai IDR 500.000 untuk 1 (satu) orang pemenang yang beruntung dalam giveaway hop (yang digawangi oleh kak Yuska) kali ini (yang berlangsung dari tanggal 1-30 November 2013).

Bagaimana Caranya?
Karena hadiahnya cukup bikin ngiler, cara dapetinnya pun unik dan 'berhadiah' juga lho...
Syarat Pertama, harus mengikuti semua 2nd Giveaway yang diselenggarakan oleh para blogger berikut:
  1. Yuska
  2. Luna
  3. Dinoy
  4. Yuliana Permata
  5. Asrina
  6. Sulis
  7. Ren
  8. Zelie
  9. Annisa M.Zahro
  10. Angela
  11. Astrid
  12. Ikao
  13. Melisa
  14. A.S Dewi
  15. Desty
  16. Atthia
  17. Cindy
  18. Melody Violine
  19. Winda
  20. dan saya sendiri tentunya yang bisa dilihat di bagian bawah post ini ^_^
Syarat Kedua, setelah memenuhi syarat pertama di atas, silahkan isi rafflecopter di bawah ini:


a Rafflecopter giveaway


Dan inilah 2nd Giveaway dari saya:
2nd Giveaway

Inilah 2nd giveaway dalam rangka merayakan ulang tahun saya, dan ini dia hadiahnyaaaaa....:
INFERNO by Dan Brown terbitan Bentang Pustaka edisi paperback.

Syaratnya apa saja biar bisa dapet buku di atas?
  1. Silahkan follow blog saya ini.
  2. Berdomisili di Indonesia (sebagai alamat pengiriman hadiah)
  3. Silahkan tinggalkan komentar di kolom komentar dengan menjawab pertanyaan "Apa judul novel favoritmu? Kenapa?"  Jawaban ditulis dengan format:  [nama] | [alamat email] [jarak satu baris] [jawaban]
  4. 2nd Giveaway dibuka bersamaan dengan grand prize giveaway, yaitu pada tanggal 1-30 November 2013. Saya akan memilih komentar dengan format yang memenuhi syarat (seperti sudah dijelaskan di atas) untuk selanjutnya diundi dengan cara konvensional atau menggunakan random.org. Jika pemenang tidak mengkonfirmasi alamat dalam jangka waktu 3x24 jam setelah dihubungi, hadiah bisa dialihkan ke pemenang lain. Pengumuman pemenang 2nd Giveaway ini bisa dilihat di blog saya pada taggal 10 Desember 2013.
Good Luck...!!!

Sabtu, 26 Oktober 2013

Magician: Master (Riftwar Saga) by Raymond E. Feist

Paperback, 542 halaman
Seri ke-2 dari Riftwar Saga
Penerbit: Elex Media Komputindo
Alih Bahasa: Loe Nur Dwihayati
ISBN: 978-602-02-1363-7






"Ada banyak cara mencintai seseorang. Terkadang kita begitu menginginkan cinta sehingga tidak terlalu memilih siapa yang kita cintai. Di waktu lain kita menganggap cita begitu murni dan berharga, tidak ada seorangpun yang sesuai keinginan kita. Tapi umumnya cinta itu mengenali, kesempatan untuk mengatakan 'ada sesuatu dari dirimu yang kusukai'. Hal ini belum tentu berwujud pernikahan atau bahkan cinta fisik. Ada cinta orangtua, cinta pada kota atau negara, cinta pada hidup, dan cinta pada masyarakat. Semuanya berbeda, semuanya cinta." -hal 49-
Demikian ucap Laurie suatu ketika saat dia sedang menasihati kawannya sesama budak yang bernama Pug.

Orang-orang Tsurani melihat Pug hanya sebagai budak dan orang barbar. Dia dipekerjakan di kamp rawa dan sudah menjalani kehidupannya sebagai budak selama empat tahun. Dia bahkan berusaha melepaskan masa lalunya karena masa lalunya. Namun siapa sebenarnya Pug di masa lalu sebelum dia menjadi budak Tsurani?

Ketika sang pengawas kamp rawa yang kejam menyuruhnya memotong sebuah pohon, Pug berkilah bahwa mereka seharusnya mencari pohon yang lain karena pohon tersebut telah busuk. Namun karena kekeraskepalaan si pengawas, Pug pun terjepit dan terluka, namun Laurie beserta seorang prajurit muda berhasil menolongnya. Tak disangka, prajurit muda tersebut adalah Hokanu dari klan Shinzawai, putra dari bangsawan Shinzawai. Berkat kebaikan hati Hokanu, Laurie dan Pug pun dibawa ke Shinzawai.

Meski masih berstatus budak, Pug dan Laurie diperlakukan dengan lebih baik oleh Hokanu: mereka ditugaskan melatih kuda, dan khusus untuk Laurie si mantan pengamen jalanan, diperintahkan untuk membuat kecapi dan bermain musik. Kehiupan mereka dirasa sudah menjadi lebih baik, hingga Sang Agung yang berjubah hitam membongkar rahasia Pug di depan publik bahwa pug adalah "murid dari penyihir Kulgan".

Sementara itu peperangan masih berlangsung antara dua dunia: Midkemia, dunia asal Pug dan Laurie, melawan Kelewan dan orang-orang Tsurani.

Sementara itu Tomas di Midkemia, memerintah para prajurit Elf dan Dwarf berperang melawan orang-orang Tsurani yang menyerbu, dan berencana menangkap 'Jubah Hitam'. Akankah Tomas berhasil melakukan misinya ketika dia juga mewarisi sebuah kekuatan kuno yang misterius? Akankah hubungannya dengan sang Ratu Elf bisa selamat di tengah peperangan?

Gaya bahasa yang dipakai di novel ini sederhana dan nggak muluk-muluk, bagi saya yang tidak suka berbelit-belit, itu poin plus. Typo hampir tidak ada, hebaaatttt. Tapi ada beberapa hal yang mengganjal: pertama, sang Ratu Elf Aglaranna, ketika muncul bersama Tomas, kadang disebut dengan "sang ratu" dan kadang "sang putri". Ini kan bikin saya bingung, dia itu sebenarnya putri atau ratu?
Lalu yang kedua, karena ini adalah buku kedua, jujur saja saya agak sedikit kesulitan mengikuti alur ceritanya, apalagi bagian "kekuatan" Tomas yang selalu berpindah-pindah tokoh dengan nama-nama yang sangaaattttt ajaib. Karena hal ini sudah saya prediksi, maka saya berusaha mencari buku pertama Riftwar Saga ini di toko buku, dan berniat akan membaca buku pertamanya dulu sebelum membaca buku ini. Namun, alas, toko buku se-Semarang siubek-ubek juga nggak nemu. Jadilah saya membaca buku nomor 2 ini tanpa membaca buku nomor 1 terlebih dahulu. Bingung? Jelas, tapi mau bagaimana lagi. Hal inilah yang menyebabkan review saya telat terbitnya. Mohon maaf kepada pihak-pihak yang bersangkutan yang telah menantikan review saya yang ala kadarnya ini, semoga tidak kapok memberi saya buntelan. Heheheee....

Senin, 30 September 2013

Scene On Three #1: A Severus and Harry Moment

A meme hosted by Bacaan B.Zee 

Saya yakin semua orang pasti tahu tentang Harry Potter, sebuah saga yang legendaris (menurut saya), dan Scene on Three kali ini diambil dari buku keempat dari saga tersebut yang berjudul 'Harry Potter and the Goblet Of Fire'.

Kalau masih kurang jelas bisa lihat gambar close-up di bawah ini:

Furious, Harry threw his ingredients and his bag into his cauldron, and dragged it up to the front of the dungeon to the empty table. Snape followed, sat down at his desk and watched Harry unload his cauldron. Determined not to look at Snape, Harry resumed the smashing of his scarab beetles, imagining each one to have Snape's face.
Scene di atas dapat ditemukan pada halaman 447 buku Harry Potter English Edition terbitan Bloomsbury. Kenapa scene tersebut menurut saya menarik?
Karena entah kenapa, kalimat terakhir tersebut sangat pas menggambarkan betapa amarah Harry saat itu sedang meluap-luap, namun juga menandakan sebuah pengendalian diri yang kuat. Ketika kita sedang marah, ada kalanya emosi yang kita rasakan bisa diluapkan sesuka hati, namun ada kalanya emosi tersebut harus kita pendam karena berbagai keadaan. Namun bukan berarti kita tidak bisa meluapkan emosi dengan pikiran kita, lho. Dan itulah yang dilakukan Harry.
Ada yang ingat ucapan seseorang (yang saya lupa siapa namanya) bahwa "your mind is a very powerful thing"? Ini benar sekali, karena ketika kita tidak bisa berekspresi di dunia nyata, siapa yang bisa melarang pikiran kita untuk mengembara dan berkreasi sesuka hati?

Tanpa sadar saya juga sering menerapkan teknik ini, melampiaskan amarah dalam pikiran tanpa mengganggu hubungan sosial saya dengan beberapa orang, dan setelah itu, pufffff....rasanya lega dan segala pikiran buruk menghilang! Ajaib benarrr.....hahahaa.... Thanks untuk tips pengendalian diri-nya, Harry! You're the best!

Pengen ikutan meme Scene on Three?
Caranya gampang!!!
Langsung klik aja di Bacaan B.Zee ini. Oke? I'll see you next 3!

Have a fun 30th of September, guys!

Minggu, 29 September 2013

Rencana Besar by Tsugaeda


Paperback, 372 halaman
Penerbit: Bentang Pustaka
Tahun Terbit: Agustus 2013
Genre: Thriller
ISBN: 978-602-7888-65-4








Ini buku yang mendarat di tangan saya tanpa sengaja. Kok bisa? Jadi ceritanya nih, Kak Cindy (yang dapet buku ini sebagai buntelan langsung dari penulisnya) meminjamkan buku ini ke Kak Lila, yang karena sering banget ketemu saya, maka buku ini dititipkan pada saya untuk diberikan ke kak Lila. Nah, proses titip-menitip yang njlimet ini tentu saja melalui proses SBI (Sensor By Ika)yang artinya saya baca dulu sendiri, hehehee.... ini juga dari koar-koar kak Cindy yang bilang bahwa buku ini "nggak kusangka bisa sebagus ini" (demikian kutipan langsung dari kak Cindy di Gramed Pandanaran, Semarang pada Sabtu siang itu #tsahhh XD

Buku ini cukup mengesankan, mengingat ini buku tentang intrik perbankan pertama yang saya baca dan ditulis orang indonesia pula! Untuk sebuah buku yang bukan kategori genre favorit saya, buku ini bisa menemani malam minggu saya dengan sukses.

Makarim Ghanin yang bukan seorang detektif tiba-tiba mendapat tawaran pekerjaan yang tidak biasa dari teman masa kuliahnya yang saat ini menjabat sebagai Wakil Direktur di Universal Bank of Indonesia (UBI). Agung, si wakil direktur, memintanya menyelidiki kasus menghilangnya sejumlah besar uang, yang mengacu pada tiga tersangka utama: Rifad Akbar si Patriot yang militan dan pemimpin Serikat Pekerja, Reza Ramaditya sang jenius muda yang entah karena alasan apa sedang mengalami demotivasi, dan Amanda Suseno si perayu yang cantik dan seorang pegawai teladan yang sangat dipercaya.

Untuk menyelidiki dan terjun langsung dalam kasus ini, Makarim memutuskan mengambil "cuti" dari kantor yang didirikannya bersama dua koleganya, dan terbang ke Surabaya, tempat ketiga tersangka menjalankan aktifitas kantornya. Ketiganya memiliki posisi yang berbeda di UBI, maka Makarim pun memakai cara-cara yang berbeda untuk bisa bertemu langsung, bercakap-cakap, dan mengenal para tersangka tanpa dicurigai. Dengan kedok sebagai calon nasabah, dia mendekati Reza dan Amanda secara terpisah, dan saat menemui Rifad, Makarim berpura-pura sedang melakukan pengecekan sistem yang pernah dibuatnya untuk UBI di masa lalu. Namun semakin menyelami kasus tersebut semakin Makarim menyadari bahwa kasus ini tidak seperti kelihatannya, hingga muncul sebuah nama misterius: Ayumi Pratiwi.

Siapa Ayumi Pratiwi sebenarnya hingga nama orang yang sudah meninggal tersebut seolah-olah menjadi dalang dari sebuah intrik terselubung ini? Kejadian semakin memanas ketika Reza akhirnya....... oke cukup sekian saja, saya takut malah nantinya menyebar spoiler, heheheee...

Untuk buku fiksi karya pertama, mas Tsugaeda cukup sukses menggarapnya. Apalagi genre seperti ini termasuk langka diangkat oleh para penulis lokal. Ketiga tokoh sentral yang disorot memang memiliki karakter yang sangat khas, namun karakter Makarim sendiri menurut saya justru biasa-biasa saja, seperti orang yang berpapasan dengan kita di pinggir jalan dan kita tak akan melirik dua kali. Padahal seharusnya tokoh ini bisa digali lagi agar lebih 'berpendar' mengingat sebagian besar adegan di buku ini, meskipun diceritakan dari sudut pandang orang ketiga, sangat menitikberatkan pada apa yang dilihat dan dirasakan oleh tokoh Makarim. Lalu tokoh antagonis di sini (yang tidak akan saya sebutkan namanya karena kemungkinan spoiler) juga terkesan seperti tokoh penjahat yang sangat klise.

Ada satu hal lagi yang agak sedikit mengganggu adalah disebut-sebutnya pada awal cerita tentang salah satu kolega Makarim yang mendapatkan tawaran dari BNN dan Pemerintah untuk menyelidiki kasus sindikat Narkotika. Ini masih di bagian awal novel, namun saya sudah menduga, 'nah ini pasti jadi 'gong'-nya nih', dan ternyata memang seperti dugaan saya! Agak kecewa juga karena akhir kisahnya agak terlalu mudah saya tebak, sebenarnya. Ini juga sebaiknya jadi pertimbangan saat merilis novel selanjutnya, bahwa clue-clue yang diberikan pada pembaca sebaiknya jangan terlalu kentara.

Terlepas dari semuanya, rating 4 dari 5 bintang rasanya pantas diterima buku ini. Semoga karya yang selanjutnya bisa membuat saya begadang samalaman juga :))

Jumat, 27 September 2013

Warna Langit by Kim Dong Hwa

Paperback, 322 halaman
Judul asli: The Story Of Life On The Golden Fielsd Vol. 3
Penulis: Kim Dong Hwa
Penerjemah: Rosi L. Simamora
Editor: Tanti Lesmana
Penerbit: Gramedia
Tahun terbit di Indonesia: 2011
Tahun terbit di Korea: 2003
Genre: Novel Grafis Dewasa
ISBN: 978-979-22-6525-5


"Kau tak tahu betapa sulitnya menunggu itu. Kau tak tahu betapa menyakitkannya. Ketika musim-musim berlalu dan kau melihat hujan datang dan pepohonan tumbuh semakin tinggi, kau merasa dirimu layu sementara kau menunggu dan menunggu." - hal 39-
Ya, itulah salah satu cuplikan dialog ciri khas trilogi ini. Sebagian orang menganggapnya puitis, namun sebagian yang lain menganggapnya bertele-tele, heheheee...

Ehwa sudah berusia tujuh belah tahun, gadis belia yang ranum dan sudah siap dipetik (kayak buah aja dipetik), atau dengan meminjam istilah Mr. Kim, layaknya bunga yang sedang mekar da menunggu kupu-kupu api untuk hinggap menghampirinya. Konon katanya kupu-kupu api adalah binatang yang setia.Dan coba tebak siapakah kupu-kupu yang beruntung menghinggapi mahkota bunga Ehwa? Yup, anda benar...seorang pemuda perkasa bernama Duksam yang sudah diceritakan di buku sebelumnya. Di akhir buku sebelumnya Duksam diceritakan pergi merantau ke daerah laut agar dia bisa menjala ikan, mengumpulkan uang yang banyak untuk biaya menikah. Tentu saja Duksam berjanji akan pulang menjemput Ehwa untuk menikahiya pada saatnya nanti. Dan inilah yang dilakukan Ehwa dan ibunya pada 'opening scene' buku ini: menanti kekasih mereka masing-masing.

Ehwa dan Ibunya melewatkan waktu dengan menatap gerbang desa, menanti kepulangan kekasih pujaan. Bagian ini agak dibesar-besarkan, jujur saja. Karena dari perhitungan umur Ehwa, dia menanti kekasihnya belum terlalu lama, namun dia seolah-olah merasa sebagai makhluk termalang di dunia. Dia masih tujuh belas tahun gitu lohhh...tentu saja saya tidak bisa bersimpati pada gadis tujuh belas tahun yang menanti kekasihnya sambil meratap, sementara di luar sini, saya dan teman-teman yang boleh dibilang sudah lama melewati masa tujuh belas tahun pun masih setia menanti 'kupu-kupu' untuk hinggap di 'kelopak' kami. Penantian cewek-cewek jaman sekarang justru lebih lama, dan penuh perjuangan, tapi kami biasa aja tuhhh.... yeah, mungkin balik masalah perbedaan era dan budaya juga sih...

Oke lanjut. Singkat cerita, pada suatu malam ketika salju pertama musim dingin tiba, seseorang yang dinanti-nanti pun akhirnya tiba. Duksam pun pulang untuk melamar Ehwa. Singkat cerita, tentu saja mereka menikah. Ehwa merasa sangat bahagia, namun juga sedih ketika memikirkan harus meninggalkan ibunya (di Korea, seorang wanita harus mengikuti dan tinggal di rumah keluarga suami. Dengan kata lain sedikit mengabaikan ibu kandungnya sih karena hanya bisa berkunjung sekali-sekali. Untunglah di Indonesia tidak terlalu dipermasalahkan apakah newly weds akan tinggal dengan keluarga suami, keluarga istri atau tinggal sendiri. Plaing eak memang tinggal sendiri biar terasa selamanya honeymoon yah. eh, malah ngelantur). Ibu Ehwa juga sangat sedih karena harus melepaskan anak semata wayangnya.

Ada satu bagian yang menurut saya (lagi-lagi) terlalu dilebih-lebihkan, yaitu pada saat ibu Ehwa menemukan sehelai uban. Yak, anda tidak salah baca, sodara-sodara: SEHELAI uban di rambutnya. Sontak Ibu Ehwa menangis karena dia menyadari bahwa dia sudah tua. Helooooo, memangnya bisa yah dibilang tua karena sehelai uban. Kenyataannya, banyak juga anak umur lima belas tahun yang sudah beruban, soalnya uban muncul bukan hanya karena faktor usia. Faktor kurangnya pigmen, salah pakai shampo, stress juga mempengaruhi lho.... Lah, ini kenapa saya malah jadi ngomongin rambut?! Intinya reaksi Ibu Ehwa sangat sangat sangat berlebihan karena sampai menangis gara-gara sehelai uban. Berikut cuplikan dialognya:

"Meskipun hujan atau turun salju, di dalam hati aku selalu merasa seperti bunga azalea merah jambu. Tapi sekarang, sekonyong-konyong, Waktu terasa sangat nyata. Sehelai uban..." -hal 247-

Bagian yang menurut saya cukup oke adalah hubungan ibu-anak antara Ehwa dan ibunya sedikit lebih tereksplor di buku ketiga ini, tidak seperti di buku kedua yang agak kurang diperhatikan lantaran Ehwa sibuk pacaran *ups*. Lalu bagian endingnya memang agak *uhuk* vulgar, jadi disarankan teman-teman tidak membaca buku ini saat ada adik kecil mengintip dari balik pundak teman-teman karena tahu sendiri kan bahwa ini novel grafis, tentu saja gambarnya agak...yeah begitulah. Tapi toh sudah jelas-jelas tertulis untuk dewasa, jadi tugas orangtualah yang harus menyingkirkannya dari jangkauan anak-anak (kayak apaan aja).

Kesimpulannya, dari seluruh trilogi Warna ini, buku pertamalah yang paling oke dan saya beri rating tertinggi heheheee....

Memorable Quote

"Kau bisa meyembunyikan sesuatu dari dunia, tapi kau tidak dapat menyembunyikan sesuatu dari waktu." -hal 247-

Kamis, 26 September 2013

Warna Air by Kim Dong Hwa

Paperback, 320 halaman
Judul asli: The Story Of Life On The Golden Fields Vol. 2
Penulis: Kim Dong Hwa
Penerjemah: Rosi L. Simamora
Editor: Tanti Lesmana
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit di Indonesia:2010
Tahun Terbit di Korea: 2003
Genre: Novel Grafis Dewasa
ISBN: 978-979-22-5988-9


"Seorang anak berharga, namun rapuh. Seorang ibu tidak akan membiarkan anaknya tidur di atas lantai yang kasar, makan buah yang bentuknya tidak sempurna, mengenakan pakaian compang-camping, atau menelan makanan yang sulit dikunyah. Begitulah hati seorang ibu." - hal 166-
Buku kedua dari trilogi warna ini berkisah mengenai  Ehwa yang sudah beranjak remaja. Masih ingat saat Ehwa sempat menyukai seorang biksu muda dari kuil, dan seorang pelajar yang sedang pulang kampug karena patah tulang tangannya di buku pertama trilogi ini yang berjudul Warna Tanah? Nah,  kisah-kisah tersebut bisa diibaratkan sebagai cinta monyet Ehwa. Ehwa yang kini beranjak dewasa pun memiliki tambatan hati yang baru.

Adalah seorang pemuda perkasa dari desa sebelah yang bernama Duksam. Saat hendak menjuju sebuah pertandingan adu kekuatan antar pemuda desa, sabuk yang dipakainya tak sengaja robek (tahu kan sabuk orang korea jaman dulu itu, cuma pakai kain panjang yang diikatkan di celana. maklumlah, pada masa itu celana-celana belum memiliki kolor seperti sekarang. Akhirnya sadar kan sekarang bahwa kolor merupakan salah satu penemuan manusia paling mutakhir yang sangat berharga..ups, maaf malah ngelantur. oke lanjut...). Karena terpaksa harus memperbaiki sabuk, maka dia mampir ke rumah penduduk terdekat yang dijumpainya a.k.a. rumah Ehwa. Entah untung entah sial, Ehwa saat itu sedang keramas, dan dengan pedenya, si cowok perkasa itu membantu Ehwa menguyur air ke rambutnya. Sontak Ehwa kaget, namun toh akhirnya Ehwalah yang berbaik hati menjahitkan sabuk milik Duksam yang rusak. Pertemuan itupun berubah menjadi saling lirik di pertandingan Duksam, berlanjut ke pertemuan yang tidak-disengaja-namun-disengaja dan rayuan-rayuan penuh kiasan khas dialog tulisan Mr. Kim.

"Sekarang aku mengerti...mengapa ibuku memandang ke arah gerbang desa di bawah cahaya bulan dan mengapa dia selalu mencari-cari bayangan si tukang gambar...Sekarang akhirnya aku mengerti. Mengapa dia dengan gelisah menanti-nantikan malam demi malam, mencari-cari suara langkah kaki laki-laki itu..." -hal 175-

Di buku ini fokusnya sangat jelas terlihat pada karakter Ehwa, tidak seperti buku sebelumnya yang cukup seimbang antara karakter Ehwa dan Ibunya. Ibu Ehwa sepertinya tampil hanya sebagai pemanis semata, yang menurut saya agak disayangkan, karena hubungan ibu-anak antara keduanya tidak cukup tereksplor seperti di buku pertama. Buku kedua ini menurut saya lebih seperti membaca diary anak ABG yang galau jika dibandingkan pendahulunya.

Ada lagi satu hal yang saya sadari ketika membaca buku kedua ini adalah, gambarnya yang agak lebai saat menggambarkan gerakan, hahaaaaa..... Entah ini hanya imajinasi saya atau bagaimana, namun gerakan menyulam ibu Ehwa yang memang digambarkan "seperti orang menari" sepertinya terlalu dibuat-buat. Juga gerakan kepala Ehwa yang menengok kaget saat tiba-tiba Duksam sudah berdiri di belakangnya, terlalu K-Drama bangeeetttt.... tapi mau bagaimana lagi, mungkin memang ciri khasnya Korea seperti itu. Anggap saja kita memang sedang belajar memahami budaya negeri tetangga. 3,4 bintang dech buat buku ini :))

Sekarang tinggal lanjut membaca buku ketiganya. Yuk, mariiiii :))

Rabu, 18 September 2013

Warna Tanah by Kim Dong Hwa

Judul asli: The Story of Life on the Golden Fields Vol. 1
Penulis: Kim Dong Hwa
Tahun terbit pertama kali: 2003 di Korea
Tahun terbit di Indoesia: 2010
Penerjemah: Rosi L. Simamora
Editor: Tanti Lesmana
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Format: Novel grafis
Rating: Dewasa



"Ya, pohon ginko sangat menakjubkan.
Hanya dengan menatap si pohon lelaki di sana,
pohon perempuan ini langsung berbuah." -hal 47

Kutipan di atas adalah salah satu memorable quote dari novel grafis ini. Ya, bentuknya memang seperti komik, berisi gambar-gambar dengan bubble-bubble dialog. Kita sering menyebutnya komik, tapi kadang orang sering juga menyebutnya novel grafis atau graphic novel. Biar lebih keren katanya, soalnya istilah komik terdengar sangat kekanak-kanakan. Tapi saya sebetulnya juga masih agak kurang paham mengenai istilah-istilah di atas. So anyway,,,

Ehwa adalah gadis kecil yang dibesarkan oleh ibunya yang sudah janda. Demi menghidupi mereka berdua si ibu membuka 'kedai minum', dan dituntut untuk melayani pelanggan seramah mungkin, meskipun terkadang ucapan-ucapan para pelanggan tersebut seringkali agak kurang ajar. Hal inilah yang menjadikan ibu Ehwa dikatai sebagai "kumbang" oleh beberapa penduduk desa, karena konon katanya, kumbang adalah makhluk yang mau berpasangan dengan siapa saja. Ehwa yang mendengar hal ini pun melaporkanya pada ibunya, namun ibunya hanya berkata bahwa kumbang itu seperti para pria yang kuat. Di lain hari, Ehwa bertanya pada ibunya apakah dia cacat karena tidak memiliki burung seperti teman-temanya. Ibu Ehwa pun tersenyum dan mengatakan bahwa wanita memang tidak memilikinya seperti lelaki, namun wanita memiliki hal lain yang berharga, yaitu lubang tempat keluarnya bayi, yang harus dijaga setiap wanita sampai hari pernikahannya.

Sepintas memang dialognya tampak terlalu vulgar, apalagi gambarnya yang terkadang sangat buka-bukaan. Namun Kim Dong Hwa bermaksud menyajikan makna kehidupan dan hal-hal yang masih sering dianggap tabu oleh banyak orang, menjadi filosofi kehidupan yang indah dan sarat makna. Novel grafis ini juga menceritakan tumbuh kembang seorang gadis dari masa kanak-kanak mencapai pubertas dan masa remaja. Kisah cinta pertama Ehwa dengan seorang biksu muda juga terkesan sangat lugu dan manis, dengan banyak bahasa bunga terselip di banyak dialog mereka. Sementara itu karakter ibu Ehwa pun tak kalah menarik--dia adalah seorang wanita tegar yang sangat teguh dan setia saat mencintai seseorang. Hal ini sangat jelas tergambar melalui penantian panjang bertahun-tahunnya terhadap tukang gambar pengembara yang selalu mampir sesekali dan menitipkan kuasnya pada ibu Ehwa.

Ibu adalah buku pertama dari trilogi Warna karya Kim Dong Hwa. Oh iya, jangan lupa, rating novel grafis ini memang untuk DEWASA, jadi wajar saja jika memang banyak adegan dan dialog ho-oh nya. Over all, bintang 4 dech buat novel grafis ini.

"Dari jutaan bunga di dunia, tak ada yang seperti bunga labu.
Bunga labu merekah hanya ketika semua orang telah tertidur.
Menghias dirinya dengan warna putih yang diciptakan debu bulan, bunga labu dengan penuh hasrat menantikan kekasihnya sepanjang malam." -hal 76

"Kamelia satu-satunya bunga yang cintanya bertepuk sebelah tangan.
Tak peduli betapa indahnya kamelia menghias dirinya, tak satupun kupu-kupu akan mendarat di atas kelopaknya bahkan sampai kuntum bunga terakhir telah merekah. Ketika kupu-kupu keluar, bunga-bunga ini sudah terlelap. Sebab hanya ketika kupu-kupu tertidur, bunga-bunga ini menjadi hidup." -hal 155


Rabu, 28 Agustus 2013

The Guy Next Door by Meggin Cabot

Paperback, 560 halaman
Tahun terbit: 2003
Penerbit: Gramedia
Penerjemah: Indah S. Pratidina

Tante Meg Cabot memang salah satu penulis favorit saya. Dan buku ini saya beli saat saya berumur 16 tahun, masih underage gitu deh....beli bukunya saja di toko buku kecil di depan sekolah dan... *lah, ini kenapa malah curhat yah*. Eniwei, saya baru kemarin-kemarin membaca ulang buku ini, dan karena itu saya memutuskan untuk menulis singkat tentang buku ini (haiah, kebayakan basa-basi Ika ini. Langsung saja saja dech...).

Mellisa Fuller (orang-orang biasa memanggilnya Mel), adalah gadis mungil berambut merah yang berumur 27 tahun yang bekerja sebagai kolumnis gosip di The New York Journal, salah satu surat kabar di kota Ney York, Amerika. Suatu ketika dia mendapati tetangga sebelah apartemennya, Mrs. Helen Friedlander terkapar dengan bekas pukulan di kepalanya, dan dalam keadaan koma. Kasihan memang, namun Mel malah jadi ketiban sampur (istilah apa lagi ini?!) untuk mengurus peliharaan Mrs. Friedlander yang terdiri dari seekor anjing Great Dane raksasa bernama Paco yag butuh diajak jalan-jalan sehari dua kali, dan dua ekor kucing. Tentu saja Mel kerepotan, hingga dia memutuskan untuk meng-email keponakan Mrs. Friedlander yang bernama Max untuk mengambil alih kepengurusan binatang-binatang tersebut. Masalah mulai muncul ketika bukannya muncul langsung ke hadapan Mel, Max malah menyuruh temannya yang bernama John Trent (yang terpaksa melakukannya karena hutang budi pada Max), untuk berpura-pura menjadi Max dan menemui Mel. Tapi tentu saja masalahnya bukan berhenti di situ karena Mel dan John malah saling tertarik satu sama lain, padahal John masih dalam penyamaran.

Yang paling unik dari novel ini adalah formatnya yang seperti e-mail sepanjang novel ini. Apalagi pertama kali saya membaca novel ini waktu saya SMA, masih cupu, kalau main internet aja masih di warnet depan sekolah tidak seperti sekarang yang bisa e-mail-emailan dari handphone. Jadi bagi saya saat itu, novel ini memang terlihat unik banget, seperti eye-opener bahwa 'waaaah, ternyata di Amrik sono begini yah, kereeennn'. Bahasanya tante Meg juga enak banget dibaca, humoris tapi nggak muluk-muluk. Mungkin faktor penerjemahnya juga sih yang bagus. Yang jelas saat itu meskipun masih underage, saya tidak merasa kesulitan membacanya.

Ada juga sih satu hal yang bagi saya saat itu agak sedikit mengganggu, yaitu cuplikan novel yang ditulis oleh John Trent dengan judul "Bab 17: Kembalinya Parker" yang bagi saya saat itu agak...er...membuat muka merah kalau dibaca. Agak hot dan kipas gimanaaaa gitu. Saat itu menurut saya vulgar banget. Tapi yang lucu, saat saya baca ulang beberapa hari yang lalu, ternyata bagian itu sudah tidak mengganggu tuh, biasa aja, tidak terlalu hot. Mungkin gara-gara faktor umur (aduh, saya jadi merasa tua *meringuk di pojokan*).

Jadi intinya, ini buku yang oke kok, padahal saya bukan pecinta romance, tapi kalau romance-nya tante Meg, saya lahap dengan senang hati. heheheee....

Selasa, 30 Juli 2013

Tales of a Fourth Grade Nothing (by Judy Blume)

Paperback, 120 pages
Publisher: Scholastic
Printed in September 2003
ISBN: 0-439-55986-3
This edition is only available for distribution through the school market

I got this book in a secondhand bookshop in Semarang for only IDR 15.000,- and I didn't actually looking for this book. Since, it was Judy Blume's, so why not? I thought. It stayed on top of my book-pile for several months before I read it (I was having a break from fantasy, my favorite genre so far) and surprise..surprise...I loved it from the first paragraph.

Peter Warren Hatcher, a fourth grade boy who won a turtle from Jimmy Fargo's birthday party was so happy. He named it 'Dribble'. He thought he deserved a pet because he was a big boy and totally responsible, although his Mom didn't like the smell of it. She always said 'I don't like the way he smells' which was so silly since of course Dribble smelled like turtle..he was supposed to smell like turtle. Peter's Dad worked in an advertising company, and his little brother a three-year-old toddler named Farley Drexel Hatcher was considered the biggest problem in his life.

See the text taken from the book below:

Everybody calls him Fudge. I feel sorry for him if he's going to grow up with a name like Fudge, but I don't say a word. It's none of my business.
   Fudge is always in my way. He messes up everything he sees. And when he gets mad he throws himself flat on the floor and he screams. And he kicks. And he bangs his fists. The only time I really like him is when he's sleeping. He sucks four fingers on his left hand and make slurping noise.

The story is very unique since it was told from Peter's point of view as the first person. Thus making it childish, innocent, honest, and everything you can expect from a fourth-grader journal. It is amazing how we can understand a thorough expressions and feelings of a little boy through such simple phrases and sentences. It really reminds me of my childhood. I really can relate to Peter's situation because I have a little brother too...and I remember a bunch of silly situations with my little brother (just like Peter and Fudge) that made me upset years ago, yet I can think of with fondness right now.

There was a part that really stuck in my head though...it was when Peter and his two friends got an assignment, and he had to make a poster (which he kept in his bedroom, under the bed). I don't know why, but I just could see him, nearly burst in tears, with a sinking feeling in his stomach when he found out that his poster was ruined by his little brother. Ohhh, the feeling... I almost cried because I remember...*pause*...oh forget it. I got carried away.

By the way...if I have to give stars...then 4,5 out of 5! Yeayy!!!

PS. This post is written as a requirement of Posting Bareng BBI Children Literature.

Jumat, 12 Juli 2013

NG Life (Volume 2) by Mizuho Kusanagi

format: e-book

Di postingan tentang NG Life volume 1 kemarin, saya sudah menceritakan betapa susahnya mencari lanjutan komik ini yang versi bahasa Indonesia. Saya cuma menemukan nomor 8 dan 9 saja. It was frustrating. Jadilah saya memakai jalan pintas, yaitu membaca versi English e-book nya. Selama beberapa hari itu saya sampai tidur memeluk e-reader saya gara-gara komik ini, heheheee... Tapi ada beberapa perbedaan yang saya dapat waktu membaca versi Englishnya ini dari versi Indonesia yang saya baca sebelumnya. Misalnya nama tokoh utama di masa Pompeii adalah "Syrix" di versi English, sedangkan versi indonesianya "Syricuse"; "Loleus" menjadi "Loreius", dan "Selena" menjadi "Serena".

Buat saya yang kayak gini itu nyebelin banget deh, soalnya jadi bingung mana nama yang asli. Kenapa pula namanya mesti beda? Bukankah lebih enak dan nyaman buat kedua pihak (peneremah dan pembaca) kalau nama yang sama tetap dipertahankan?

Oke, jadi lanjut ke cerita:
Yuuma (reinkarnasi Serena yang sekarang menjadi cowok dengan muka cewek, heheee) sebal karena selalu menjadi bahan ejekan teman-teman cowoknya, dan untuk membuktikan "kejantanannya", Yuuma berniat memamerkan pacarnya kepada teman-temannya. Celakanya Yuuma tidak punya pacar, maka dia meminta bantuan Mii Serizawa, cewek yang disukainya, untuk pura-pura jadi pacarnya. Dan tentu saja kejadian yang selanjutnya tidak berjalan sesuai rencana ketika Keidai Saeki memutuskan untuk membuntuti mereka.

Ada juga kejadian lucu di Onsen saat Keidai dan keluarganya bersama-sama ke pemandian air panas mengajak Yuuma dan Serizawa. Saat itu muncullah hantu cewek yang naksir Keidai, dan merasuki Yuuma dan Serizawa bergantian. Di sekolah sementara itu, muncul seorang guru praktek (kalo di sini istilahnya guru PPL) yang sangat tampan dan dipuja semua murid cewek bernama Shinogu Kagami. Namun sepertinya dia menyimpan dendam pada Keidai. Usut punya usut, ternyata Shinogu merupakan reinkarnasi dari kakak perempuan Serena yang bernama Smyrna, yang seperti halnya Keidai, memiliki ingatan masa lalunya akan kehidupan sebelumnya dan tentang Pompeii. Lalu ada dendam masa lalu apa antara Smyrna dan Syrix hingga Shinogu sangat membenci Keidai?

Rise of Nine (Lorien Legacies #3) by Pittacus Lore

Paperback, 404 halaman
Indonesian Edition
Publisher: Mizan Fantasi
Cetakan 1, April 2013
Peneerjemah: Nur Aini
ISBN: 978-979-433-773-8

Buku ketiga dari serial "Lorien Legacies" ini makin seru loh... Kalau buku pertamanya "I Am Number Four" bercerita dari sudut pandang John Smith saja, dan di buku keduanya "The Power of Six", sudah bermunculan tokoh-tokoh penting lain, maka buku ketiga ini yang menurut saya paling seru. Kenapa? Soalnya selain diceritakan dari sudut pandang berbagai tokoh yang berbeda, adegan kejar-kejaran dan berantemnya juga makin seru, heheheeeeee.....

Planet Lorien hancur oleh serangan bangsa Mogadorian, namun sepuluh orang Garde bersama Cepan masing-masing berhasil sampai ke bumi. Mereka diberi nomor urut serta mantera pelindung, namun ketika nomor satu, dua dan tiga terbunuh, bersama-sama para Garde yang tersisa saling mencari satu sama lain dan mematahkan mantera pelindung mereka. Para Cepan pun semuanya terbunuh. Kini mereka harus bersatu untuk melawan para Mogadorian dan mengalahkan Setrakus Ra.

Nomor Enam, yang berpisah dengan John si nomor Empat untuk menjalankan misi masing-masing, berhasil bergabung bersama Marina si nomor Tujuh, dan Ella si nomor Sepuluh dan Crayton (Cepan Ella). Mereka berpetualang ke India untuk mencari nomor Delapan. Sosok nomor Delapan memang sedikit mengejutkan di sini, karena dia bisa berubah wujud (dan sering menyamar sebagai Dewa Wisnu) dan bisa teleportasi, yang menurut saya keren bangeeettttt. Nomor Delapan merupakan pemuda manis yang ceria dan ramah, sampai bikin saya jatuh cinta sama kepribadian cowok fiksi ini loh waktu baca, heheee.... Nomor Delapan pun mengajak rombongan cewek-cewek Garde ini ke sebuah gua, dan mendapati berbahai lukisan dinding gua kuno yang meramalkan nasib mereka. Apakah ini berarti bangsa Lorien sebelum mereka sudah pernah datang ke bumi? Mereka juga menemukan fakta bahwa mereka bisa berteleportasi ke tempat-tempat tertentu di bumi, dan inilah yang mereka lakukan: berteleportasi dari India ke Amerika untuk menemui John. Tapi tentu saja semua tidak berjalan lancar ketika nomor Enam tidak sengaja terpisah dari rombongan saat berteleportasi, dan berakhir sebagai tawanan agen pemerintah yang juga menyekap Sarah Heart, pacar John, dan menahan pesawat luar angkasa yang dulu digunakan para Garde saat mendarat di Bumi.

Sementara itu John malah bertemu nomor Sembilan, dan melakukan perjalanan bersama. Sifat John yang melankolis dan nomor Sembilan yang blak-blakan, jahil, dan sering seenaknya sendiri membuat mereka sering bertengkar, apalagi John masih berambisi menyelamatkan sahabatnya Sam yang ditawan oleh Mogadorian. Perkelahian sengit sempat terjadi di antara keduanya saat John mengatakan bahwa dia adalah Pittacus Lore, tetua tertinggi Lorien yang memiliki kekuatan untuk mengalahkan Setrakus Ra. Tapi benarkah begitu? Terutama saat berkelahi, John selalu kalah oleh nomor Sembilan. Namun mereka berdamai karena urusan yang lebih penting: Menyelamatkan nomor Enam yang ditawan agen pemerintah yang bekerjasama dengan Mogadorian. Tentu saja waktu mereka persis sama dengan rombongan dari India yang memiliki niat yang sama, menyebabkan para Garde yang baru bergabung ini menyerbu markas pemerintah bersama-sama. Dari sini cerita berantemnya seru deh...hahaaa...

Yah, intinya saya sih masih akan setia menanti buku keempatnya. How about you? ;)

Senin, 01 Juli 2013

NG Life (volume 1) by Mizuho Kusanagi

paperback
penerbit: M&C (Indonesian Edition)

Suatu ketika di hari libur, saya tidak sengaja menemukan tumpukan komik tua yang sedang diskon. Cuma Rp 5.000,- per komik. Tapi ya itu, komik-komik tersebut cuma ditumpuk di sebuah box besar di tengah-tengah corner khusus buku di sebuah supermarket di Semarang. Jadilah saya sibuk mengaduk-aduk isinya, mencoba menemukan harta karun di dalamnya, dan hasilnya adalah sebuah komik dengan cover seperti yang saya pajang di atas. Saya langsung terpikat dengan desain covernya yang imut dan ilustrasi para tokohnya yang cantik dan ganteng. Begitu saya baca ringkasan cerita di belakangnya, Bang!!! langsunglah saya dekap erat itu komik. Biarin aja deh komik tua yg udah masuk box diskon gitu (karena saya tahu pasti susah nyari lanjutan serinya, karena saya cuma menemukan yang seri satu, hiks...), yang penting ceritanya oke. Dan benar saya, setelah selesai membacanya, saya langsung jatuh cinta sama kisah uniknya.

Keidai Saeki adalah seorang cowok SMA yang unik. Kenapa unik? Karena dia ingat dengan jelas kehidupan masa lalunya! Di masa lalu, Keidai adalah seorang prajurit di Pompeii, Italia. Dia hidup berbahagia bersama istrinya Selena, dan sahabatnya Loreius... hingga letusan gunung Vesuvius membumihanguskan seluruh Pompeii dan penghuninya. Kisah Pompeii yang hilang ditelan letusan mahadahsyat gunung Vesuvius ini memang sangat terkenal, dan menurut saya, inilah salah satu daya pikat kisah dalam manga ini. Oke, lanjut menenai kisah si Keidai ini.

Kau percaya pada reinkarnasi?
Syricuse sang pejuang Pompeii berenkarnasi menjadi Keidai Saeki, dia bersahabat kembali dengan Loreius (cowok) yang bereinkarnasi sebagai Mii Serizawa (cewek). Masalah utama terletak pada Keidai yang tak bisa melupakan kehidupan masa lalunya di Pompeii yang indah, juga cinta sejati dan istrinya, Selena. Serizawa sementara itu, selalu mendegarkan kisah-kisah mengenai Pompeii yang diceritakan Keidai, dan menganggap Keidai hanya seseorang dengan imajinasi tinggi. Lalu muncullah Yuuma Ujou, sang reinkarnasi Selena yang telah lama dinanti Keidai. Celakanya, Yuuma adalah seorang cowok SMP berumur 15 tahun yang manis. Masalah berlanjut karena Keidai terus-menerus melihat Yuuma sebagai istrinya Selena. Bisa dibayangkan kan betapa kacau dan lucunya kisah ini?

Saya memberi 4 bintang untuk manga ini. I luv it so much. Gambarnya juga imuuuut banget. recomended lah pokoknya, untuk ukuran manga, meskipun, seperti bisa diduga, saya bingung mencari lanjutan komik ini. Saya sudah menjelajahi empat toko buku besar di Semarang dan tidak menemukan lanjutannya, sedih dech...tapi kisah untuk volume 2 dan seterusnya akan saya ceritakan di post selanjutnya saja, okey? I finally finished this series just last night lho...dan langsung kena "NG Life Fever"!

Selasa, 18 Juni 2013

Review: Uglies by Scott Westerfeld

Paperback, 432 halaman
Penerbit: Matahati
Tahun terbit: 2010
Penerjemah: Yunita Candra
ISBN: 6028590126

"Mungkin mereka tak ingin kau sadar bahwa setiap masyarakat punya kelemahan. Selalu ada satu hal yang menjadi tempat kita bergantung. Dan jika hal itu diambil, yang tersisa hanyalah cerita di kelas sejarah." -hal 354-

Apakah sebenarnya konsep kecantikan itu? Sejak jaman purbakala, menjadi cantik dan rupawan adalah impian setiap wanita; kulit yang bersih dan mulus, rambut yang panjang indah tergerai bak iklan shampo, bibir penuh ala Angelina Jolie, dan bentuk tubuh yang seperti peragawati yang melenggak lenggok di atas catwalk. Para pria pun tak kalah heboh dengan berlomba-lomba membentuk otot ala iklan produk susu pria ternama dan rajin ke gym. Isu tentang kecantikan inilah yang diangkat oleh sang penulis melalui kisah fiksi dystopian.

Diceritakan bahwa di masa yang akan datang, manusia melakukan berbagai cara untuk menjadi "sempurna". Inilah yang menyebabkan terjadinya operasi yang memungkinkan setiap anak yang berusia enam belas tahun untuk berubah menjadi "rupawan". Tally Youngblood adalah seorang "buruk rupa" yang tidak sabar untuk menjadi rupawan. Namun entah karena kemalangan apa, dia bertemu dengan seorang anak buruk rupa lain yang tidak ingin menjadi rupawan yang bernama Shay. Tally sendiri tidak peduli sebenarnya, hingga insiden kaburnya Shay menyeret Tally berhadapan dengan kaum "Spesial", agen khusus yang memaksa Tally mengejar Shay. Pengejaran ini berbuah pada pertemuan Tally dengan kelompok pemberontak di Smoke yang dipimpin David, dan sudah bisa diduga, permainan cinta segitiga pun muncul antara Tally-David-Shay, dimana Tally harus memilih antara impiannya menjadi rupawan, atau cinta dan persahabatan.

Ide ceritanya sangat menarik menurut saya, namun twist-twist yang dipakai si penulis agak klise karena di beberapa bagian saya bisa menebak apa yang akan terjadi....yeah, mungkin ini gegara saya saja yang kebanyakan baca kisah fantasi hehee.... anyway, pace-nya sebenarnya cukup oke untuk diikuti, tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat, namun suspensnya tidak terlalu menegangkan *ups*. Karakter si tokoh utama sendiri menurut saya terlalu "galau", padahal pembaca cenderung menyukai karakter dengan pendirian teguh yang lebih ditonjolkan oleh karakter Shay sebagai supporting character. Mungkin di sequelnya akan ada perubahan karakter bagai si tokoh Tally ini, atau si penulis sengaja membuat tokoh yang tumbuh bersama cerita, itu bisa saja. So, if you are a dystopian fan, this is the story for you!

Selasa, 28 Mei 2013

Review: For One More Day by Mitch Albom

Paperback, 245 halaman
Judul asli: For One More Day
Judul terjemahan: Satu Hari Bersamamu
Penerbit: Gramedia
Cetakan ketiga November 2012
Penerjemah: Olivia Gerungan
Desain sampul: Eduard Iwan Mangopang

"Sekarang kau tahu ada orang yang sangat menginginkanmu, Charley. Anak-anak terkadang melupakan itu. Mereka melihat diri sendiri sebagai beban dan bukan sebagai jawaban doa." -hal 92-

Charley "Chick" Benetto merasa hidupnya hancur. Mantan atlet bisbol yang tidak begitu terkenal harus bekerja mati-matian setelah tabungannya ludes gara-gara investasi palsu. Dia pun melarikan diri ke minuman keras. Istrinya meninggalkannya. Dan puncaknya, putrinya Maria bahkan tidak mengundangnya ke acara pernikahannya, seolah malu akan keberadaan ayah kandungnya sendiri. Kehidupan tanpa keluarga dan tanpa pekerjaan yang jelas, bukankan itu alasan yang sangat tepat untuk bunuh diri? Dan itulah yang dilakukan Charley.

Namun betapa kagetnya ketika sesaat setelah percobaan bunuh diri itu, Charley menjumpai ibunya yang telah lama meninggal menyambutnya di rumah lama mereka, seolah tidak terjadi apa-apa. Seolah ibunya tidak meninggal delapan tahun silam. Seolah Charley tidak baru saja berusaha bunuh diri. Seolah segalanya baik-baik saja. Ibunya bahkan membuatkannya sarapan, dan mengajaknya berkeliling menemui tiga orang yang berbeda. Dan percakapannya dengan ibunya bahkan membawanya kepada masa lalu yang telah lama dilupakannya.

Membaca cerita ini seperti dibawa ke alam mimpi, maju-mundur-maju-mundur... itulah efek flashback yang banyak disisipkan oleh Mitch Albom dalam novel ini. Namun bukannya membingugkan seperti flashback yang biasa kita jumpai di kebanyakan novel, flashback yang ada di sini justru sangat informatif karena hanya berupa potongan-potongan kisah yang bisa berdiri sendiri meski masih 'nyambung' dengan kisah utamanya. Dan justru kebanyakan flashback itulah yang menurut saya membuat ceritanya jadi sedap.

Pacenya juga cukup cepat dan tidak bertele-tele, satu nilai lebih lagi menurut saya. Bahasanya tidak menggunakan gaya yang sok tingkat tinggi, namun bahasa sehari-hari yang enak dimengerti namun tetap layak dijadikan quotation. Dan tentu saja, makna dan pesan moral yang sangat dalam untuk tidak menyia-nyiakan hari-hari yang bisa kita lalui bersama ibu dan keluarga kita tercinta. Dan jujur saja, jika bisa memilih satu hari lagi untuk dilewati, saya juga akan memilih menghabiskannya bersama ibu tercinta, seperti selayaknya semua anak di dunia ini ^_^

Memorable Quotes:

"Dan aku sadar setiap kali kau memandang ibumu, kau sedang menatap kasih sayang paling murni yang pernah kaukenal"            -hal 218-

"Tetap tinggal bersama keluargamu adalah apa yang menjadikannya keluarga" -hal 228-

Selasa, 07 Mei 2013

Review: Harry Potter and the Goblet of Fire by J.K Rowling

Paperback, 636 pages
Publisher: Bloomsbury
Language: English
Year of publication: 2000

'Come seek us where our voices sound,
We cannot sing above the ground,
And while you're searching, ponder this:
We've taken what you'll sorely miss,
An hour long you'll have to look,
And to recover what we took,
But past an hour - the prospect's black,
Too late, it's gone, it won't come back.' -p.402-

Harry Potter started his fourth year at Hogwarts School of Witchcraft and Wizardry. Yet it is not a Harry Potter without a grand adventure. For more than a century, the Triwizard Tournament was forgotten due to the high death toll...but not this year. Three biggest Magical Schools in Europe gathered at Hogwarts for this Tournament: Beauxbaton Academy, Drumstrang Institute and Hogwarts School. Three champions were supposed to be chosen from each school, but there were four champions to compete; Harry Potter was one of them.

I know that most of you guys have known the story of this book by heart, so I believe that I didn't need to give a long and boring flashback of the story ;p

For Harry Potter series, I consider this book to be the top climax, and the most complex Harry Potter book ever. Why? Of course I have my reasons:
  • The return of the Dark Lord. That part was a massive part of the story in this book. Let's face it guys; the darkest, scariest, cruelest, and dumbest got his body back, complete with snake nose and red pupil! If that was not a climax, then I don't know what is.
  • A bunch of big events: Quidditch World Cup and the scenes of terror, the Triwizard Tournaments and the three tasks (dragon, merpeople, and crazy maze with blast-ended skrewts), The Yule Ball, The death of Cedric Diggory and of course the return of Lord Voldemort.
  • The beginning of sparks of love between the characters.
  • A row in Harry-Ron friendship after Halloween until the end of the first task.
  • The introduction of three Unforgivable Curses.
  • Funny moments with Fred and George and Weasleys' Wizard Wheezes: Ton-Tongue Toffee, Canary Cream, Fainting Fancies, Nousebleed Nougats - and beginning of their carrier.
  • The location of Hogwarts' Kitchen was revealed!!!
  • A secret about Hagrid was exposed.
  • What is pensieve? This object was also introduced in this book, and it will have a big part in the last book.
  • A brief overview of Magical Politics and the Ministry of Magic.
  • First death scene in the Harry Potter series.
  • Brief appearance of James and Lily Potter.
You know what, I can actually go on forever if I don't stop myself, heheeee....because I think this book is just simply amazing! Needless to say that this is my fav book of the saga.

PS. This post is published as a requirement in:
  1. Hotter Potter RC
  2. Books in English RC
  3. Fantasy RC
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...